Apa sih yang disebut dengan sekolah standar internasional? Bagaimana mengukur suatu lembaga pendidikan memiliki standar internasional? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu sekolah disebut sekolah internasional jika:
- Ada diantara peserta didiknya yang berasal dari luar negeri, hehehe…
- Manajemen, Kurikulum dan tetek bengek lainnya memang ikut serta atau mengacu pada apa yang berlaku dan diakui oleh banyak Negara.
Status internasional atau tidak, tidaklah mempengaruhi bagaimana proses pembelajaran di bangku sekolah, pasalnya standar lembaga pendidikan ideal telah disepakati bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Standar tersebut antara lain:
- Materi (Standards of Contents)
- Proses pembelajaran (Learning and Teaching Process)
- Kompetensi Kelulusan (Passing Grade Competence)
- Guru (Teachers)
- Infrastruktur (Infrastructure)
- Manajemen (Managemet)
- Pendanaan/Pembiayaan (Cost and Financing)
- Evaluasi (Educational Evaluation)
Kebetulan tadi siang, saya (dan rekan-rekan sekolah) bertemu dengan kepala sekolah sebuah sekolah internasional yang ada di Malaysia, dari hasil paparan beliau saya kemudian menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang salah kaprah dengan label internasional yang melekat pada suatu institusi pendidikan. Bahkan lebih jauh lagi saya kemudian memandang bahwa predikat internasional merupakan salahsatu bentuk ketidakpercayaan diri bangsa ini terhadap proses pendidikan made in Indonesia.
Ini dibuktikan dengan tuntutan adanya ijazah atau pengakuan dari lembaga kredibel yang diakui di banyak Negara, seperti: Cambridge (lihat http://www.cie.org.uk/) dan asal tahu saja, ‘meminta’ lisensi ijazah Cambridge tidaklah murah, untuk ukuran Indonesia sangatlah mahal. Tidak heran jika kemudia sekolah yang memakai embel-embel internasional biasanya berasal dari lingkungan elit (baca: mampu).
Jika permasalahan seputar kemampuan ekonomi dipinggirkan dulu, maka akan muncul permasalahan lain. Apa itu? Yaitu masalah identitas bangsa yang juga terpinggirkan karena semuanya serba di ukur dengan Patokan luar negeri. Saat ini, jika _lagi-lagi, Cambridge dijadikan acuan misalnya, maka yang berpeluang besar adalah sekolah-sekolah umum!, pasalnya kurikulum (baca:pelajaran) tidaklah jauh berbeda dengan apa yang disampaikan diluar negeri. Bagaimana dengan sekolah non-umum?
Sekolah non-umum seperti pesantren dan Madrasah lebih menderita lagi… pasalnya tidak ada lembaga seperti Cambridge yang khusus memayungi sekolah Islam. Waduh… kok saya jadi bingung sendiri dengan maksud Madrasah Berstandar Internasional ya?? Ada saran????..
medio Mei 2010
medio Mei 2010
Comments
Post a Comment
silahkan berkomentar